RSS

Belajar Matematika Untuk Pembentukan Pola Pikir

Bagi banyak siswa, kelas matematika adalah momok bahkan mimpi buruk. Banyak yang dengan antusias memamerkan kemampuan menghitung mereka di tahun-tahun sebelum sekolah kemudian mempertimbangkan pelajaran matematika pada jam sekolah yang paling dibenci. 

Menurut seorang profesor pendidikan Stanford, permasalahan utama ada pada masalah pola pikir. Semua anak berbeda dalam pemikiran matematis, kekuatan dan minat mereka. Belum lagi pelajaran matematika sepertinya menjadi hal yang sering diujikan dibanding mata pelajaran lainnya. 


Siswa sejak usia dini menyadari bahwa matematika sangat berbeda dari pelajaran lainnya, dan sangat bergantung pada tes dan menjawab pertanyaan yang tidak menarik. Banyak siswa tidak percaya dengan benar bahwa menjadi ahli matematika mereka harus cepat belajar matematika - terlalu banyak kelas yang menekankan kecepatan dalam matematika dan hafalan. Padahal, manfaat belajar matematika untuk pembentukan pola pikir di kehidupan sehari-hari.

Salah satu contoh belajar matematika untuk pembentukan pola pikir adalah bahwa anak yang lebih pandai di bidang matematika cenderung lebih cepat dalam kegiatan aktivitas sehari-hari. Misalnya saat ia membeli makanan di sekitar sekolah, bahkan ia akan mampu mempertimbangkan resiko dan beberapa hal kecil sebelum membeli barang. 

Selain itu, di beberapa aspek ia juga akan mampu membuat keputusan secara cepat dibandingkan anak-anak yang kurang mahir dalam pelajaran matematika. Terkadang aktivitas mereka juga menjadi lebih cepat seperti dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.

Disamping itu, fakta memang menyebutkan bahwa belajar matematika untuk pembentukan pola pikir. Hal ini terbukti bahwa siswa yang mahir dalam pelajaran ini biasanya juga mahir dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 

Hal tersebut karena dalam belajar matematika dan ilmu alam menggunakan bagian otak yang sama. Oleh karena itu siswa mudah dan cepat merangsang dan menyerap informasi seputar ilmu alam. Setelah memahami subyek matematika, siswa cenderung mudah memahami pelajaran dan menyerap informasi yang diberikan guru dan orang tua. 

Bahkan pada beberapa kasus, siswa yang pandai di bidang matematika cenderung memiliki kemampuan verbal dan penguasaan bahasa yang lebih dibandingkan siswa yang kurang menyukai pelajaran berhitung ini.

Ketika guru membuka matematika dan mengajar matematika yang luas, visual, kreatif, maka guru mengajar matematika sebagai subjek belajar, bukan sebagai subjek pertunjukan. Ketika sekolah mengajarkan pola pikir perkembangan mental anak muda, hasilnya adalah subjek (siswa) menjadi lebih dalam dan penuh dengan lebih banyak koneksi, sehingga siswa lebih menikmatinya dan mencapai tingkat yang lebih tinggi. 

Bukti lain belajar matematika untuk pembentukan pola pikir juga berpengaruh pada cara belajar siswa. Siswa yang menyukai matematika cenderung mampu menyerap informasi dengan cepat dan memilih metode belajar secara pemahaman. Sebaliknya, mereka yang menggunakan metode menghafal biasanya susah mengerti konten materi.

Berdasarkan penelitian, cara hafalan tidak terlalu efektif dan efisien dibandingkan dengan sistem belajar pemahaman. Bahkan sistem hafalan akan membuat siswa mudah melupakan materi setelah mereka selesai ujian, dan tidak menyimpan informasi dalam jangka waktu panjang. Itulah bukti dan contoh bagaimana belajar matematika untuk pembentukan pola pikir. 

Jadi sangat penting untuk mengajarkan matematika kepada anak dan membuat mereka menyukai mata pelajaran ini, agar bermanfaat pada perkembangan cara berfikir serta kemampuan mereka di bidang lainnya. Orang tua yang mendampingi anaknya dalam belajar matematika juga dapat mengajarkan hitungan realistis dan akan membentuk pemikiran anak secara kritis, bahkan dapat cepat menjadi lebih dewasa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS